Tampanizer Blog Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriaannya saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia sakit.

Rabu, 17 Juni 2015

SUKU ADAT KALIMANTAN BARAT - SUKU DAYAK LIMBAI





ILMU BUDAYA DASAR

SUKU ADAT KALIMANTAN BARAT

 “SUKU DAYAK LIMBAI”

DISUSUN OLEH:

NAMA           : MOHAMMAD RAFI KAUTSAR

NPM               : 56414805

KELAS          : 1IA02

DOSEN          : SRI WULANDARI




PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar didunia. Hal hal ini dapat kita lihat dari kondisi-kondisi sosio kultural, agama ataupun geografis yang sangat bermacam-macam dan sangat luas. Sekarang pulau-pulau yang ada di Indonesia berjumlah 13.000 mau itu pulau besar atau pulau kecil. Dan memiliki populasi penduduk sebanyak lebih dari 200 juta jiwa, yang terdiri dari 300 suku yang memiliki 200 bahasa yang berbeda. Dan mereka pun mempunyai agama yang beragam diantaranya Islam, Kristen protestan, Katolik, Konghucu, Hindu, Budha dan lain lainnya.
Kebudayaan adalah aset penting bagi Negara berkembang , kebudayaan tersebut berfungsi sebagai sarana pendekatan sosial, simbol karya daerah, aset khas daerah dengan menjadikannya tempat wisata, karya illmiah dan lain-lain.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang suku Dayak Limbai yang bertempat di Kayan Hulu dan Serawai di kabupaten Melawi provinsi Kalimantan Barat. Suku Dayak Limbai ini bisa dikelompokan kedalam rumpun Ot danum. Penduduk suku dayak limbai di kecamatan serawai berkisar 1.047 penduduk dari keseluruhan penutur bahasa limbai. Penduduk Limbai tinggal jauh ke arah daratan yaitu dengan tujuan agar terhindar dari para pengayau pada masa-masa perang “kayau” diwaktu itu. Dulu mereka selalu berpergian melalui sungai dengan bertinggal di tengah daratan, karena itu mereka sangat susah di temukan oleh musuh-musuhnya
B.   Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk :
-          mengetahui lokasi, lingkungan alam dan demografi suku Dayak limbai
-         mengetahui asal mula dan sejarah suku Dayak limbai
-         mengetahui bahasa masyarakat suku Dayak limbai
-         mengetahui sistem religi masyarakat suku Dayak limbai
-         mengetahui tradisi suku dari masyarakat suku Dayak limbai

C.   Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah agar kita dapat mengenal atau mengetahui Budaya-budaya dan suku-suku di Indonesia lebih dalam, dan menambah wawasan kita sebagai Pelajar/Mahasiswa agar kelak menjadi warga Indonesia yang lebih baik.



BAB II
SUKU DAYAK LIMBAI KALIMANTAN BARAT
·        Asal usul suku dayak limbai
            Suku dayak limbai merupakan satu diantara suku-suku yang ada di Kabupaten Melawi. Asal usul dari suku dayak limbai sendiri masih belum diketahui oleh banyak orang tetapi didapat informasi bahwa yang menjadi temenggung pertama suku dayak limbai adalah Tumak Baya dari kelopok dan bonau dari guhung berajang, dan yang menjadi pemimpin suku dayak limbai atau bonuh limbai adalah Cai Elai dari kelait. Bahasa-bahasa yang diucapkan oleh suku dayak limbai sendiri tak jauh berbeda dengan bahasa-bahasa lainnya di Melawi, seperti bahasa Kubitn dan kenyilu. Salah satu contoh yang paling menonjol yaitu adalah kata Abon untuk mengatakan ‘tidak ada’. Penutur bahasa limbai diperkirakan berjumlah 11,773 jiwa yang terdiri dari penduduk kecamatan Menukung yang berjumlah 1.047 jiwa dan dikecamatan Kayan Hulu yang berjumlah 2.600 jiwa

 
Berikut ini adalah wilayah permukiman tempat tinggal orang limbai mengikuti beberapa jalur sungai yaitu dijalur sungai Keruap, mereka menempati Kampung Labang Manyam, Tanjung Tapang, yang berada di kampung Bondau, Lihai, Landau Leban II, Nanga Amuh, Kenolin, dan Lekung Sansang. Yang berada di jalur mudik Ella hulu  berada di Kampung Landau Mumbung, Nanga Paat, Nanga Siyai, Sungkup, dan Belaban Ella. Dijalur sungai Mentatai mereka bertinggal di kampung tengkawang Rambai, Batu Onap, Pintas Kementar, Beloyang, Sekujang, Nanga dawai,, dan Nanga Mengkilau. Masyarakat limbai sengaja tinggal jauh kearah daratan tujuannya adalah agar untuk menghindari para penguyau. Pada zaman peran seperi dulu, masyakarat lebih milih berpergian dengan melalui sungai dan tinggal ditengah daratan agar para pengayau sulit untuk menemukan penduduk suku limbai.

·        Filosofi Kehidupan Suku Dayak Limbai
Pada dasarnya warga masyarakat suku dayak limbai bertahan hidup dan mencari rezeki dengan mata pencarian utamanya yaitu berladang disawah perbukitan, menyadap dan mengambil semua cairan-cairan dari pohon karet lalu diolah. Meskipun dibilang mata percarian utama masyarakat suku dayak limbai, tetapi mereka juga punya punya mata pencarian tambahan agar kebutuhan masyarakat limbai bisa teratasi dengan berkebun sayur mayur, memelihara hewan ternak, mencari kayu-kayu dihutan untuk bahan-bahan bangunan untuk dijual maupun dipakai sendiri, dan masyarkat suku limbai juga berburu binatang dihutan dan menangkap ikan dilaut. Dan jangan salah bahwa masyarakat suku limbai juga tidak sedikit yang menjadi Pegawai Negeri, Karyawan swasta dan menjadi pedagang dipasar-pasar

·        Tradisi Suku Dayak Limbai
Tradisi yang ada di suku dayak limbai yaitu Tradisi Lisan. Tradisi lisan yaitu cerita daerah dan pengobatan dari suku dayak limbai. Dalam cerita-cerita daerah tersebut dikaitkan dengan cerita-cerita kepahlawanan, dan dalam saat pengobatan cerita-ceritanya tersebut dilagukan, dan lagu tersebut dinamakan dengan belian.
      Tradisi pengobatan lisan ini dapat dilakukan hampir satu malam pelaksanaannya dan setelah itu barulah mulai untuk menyembuhkan penyakit yang akan disembuhkan. Rata-rata yang dapat melakukan proses ritual pengobatan ini adalah laki-laki. Berbeda dengan masyarakat suku Uud Danum yang dimana rata-rata yang bisa melakukan proses ritual pengobatan ini adalah wanita, yang disebut dengan jaja


                  Gambar 1.1 Seorang sesepuh suku dayak limbai sedang melakukan tradisi Lisan

·        Nilai-nilai yang dapat diambil dari suku dayak Limbai

Meskipun suku dayak limbai tinggal jauh ke arah daratan tetapi mereka tetap bersemangat dalam mencari rezeki dan tetap dapat bertahan hidup sampai sekarang dengan perkerjaan yang halal, dan bahkan warga suku dayak limbai juga dapat menjadi Pegawai Negeri atau Swasta yang dimana berarti suku dayak limbai mempunyai semangat juang yang tinggi. Jadi jika warga suku dayak limbai tetap semangat dalam hidupnya meskipun permukimannya jauh dari daratan, berarti kita harus lebih bersemangat lagi karena kita hidup diperkotaan yang dimana semua fasilitas sudah tersedia.


KESIMPULAN
         
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat suku dayak limbai tergolong cukup banyak sampai mencapai sekitar 11,773 jiwa yang terdapat dibeberapa kecamatan atau kabupaten setempat yang ditemanggungkan pertama kali oleh Tumak Baya dari Kelopok dan Bonang dan yang menjadi pemimpin suku limbai adalah Cah Elai dari kelait.
Masyarakat limbai sengaja tinggal jauh kearah daratan tujuannya adalah agar untuk menghindari para penguyau karena pada zaman dahulu masyarakat limbai berpergian dengan melewati sungai agar para penguyau tidak dapat menemukan.
Suku dayak limbai hingga saat ini tetap bertahan hidup dengan kerja keras yaitu dengan kerja berladang, , menyadap cairan-cairan dari pohon karet dan tidak sedikit juga yang menjadi Pegawai Negeri dan Pegawai Swasta
Suku dayak limbai juga mempunyai tradisi,yaitu tradisi lisan yang digunakan untuk cerita daerah suku dayak limbai dan pula untuk pengobatan dan banyak dilakukan oleh para kaum laki-lakinya saja.















DAFTAR PUSTAKA

http://dayakofborneo.blogspot.com/2013/07/suku-dayak-limbai.html?m=1dsw

Rumah Betang Kalimantan Tengah




ILMU BUDAYA DASAR

RUMAH ADAT KALIMANTAN TENGAH

 “RUMAH BETANG KALIMANTAN TENGAH”

DISUSUN OLEH:

NAMA           : MOHAMMAD RAFI KAUTSAR

NPM               : 56414805

KELAS          : 1IA02

DOSEN          : SRI WULANDARI





PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015/2016
BAB 1



PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan keunikannya, terdiri dari berbagai suku bangsa yang mendiami belasan ribu pulau. Masing masing suku bangsa memiliki keanekaragaman tersendiri. Disetiap seni dan budaya memiliki nilai nilai sosial yang tinggi. Pada zaman ini zaman Modren seni dan budaya mulai ditinggalkan dan beralih ke populasi Modren.
Sebagian masyarakat malu untuk mengakui seni dan budaya mereka karena takut dibilang orang dulu. Hal ini mengakibatkan hilangkanya keanekaragaman seni budaya Indonesia secara perlahan yang tidak terlepas dari pengaruh budaya luardan karakter masyarakat Indonesia yang suka meniru
Dan pada umumnya sebagian Mahasiswa/i masih belum mengetahui tentang Rumah-rumah adat yang sudah ada di Indonesia yang sudah lama ada, dan dengan diadakan pembuatan makalah ini Mahasiswa agar bisa mengetahui Rumah-rumah adat yang ada di Indonesia dan mengamati bagaimana kehidupan dan suku yang ada di Provinsi tersebut. Dengan mengamati perihal tersebut maka perlu melakukan pengamatan untuk mengetahuinya tentang Rumah adat yang ada di Indonesia.
Sekarang kita akan membahas Rumah Betang dari Kalimantan Tengah yang ditempati oleh sebagian besar adalah suku Dayak yang berciri rumah panggung dan memanjang yang terletak di pinggiran sungai-sungai besar maka dari itu rumah betang seperti rumah panggung karena jika banjir tiba maka rumah betang tidak akan tenggelam dan tak akan runtuh juga karena dikokohkan oleh pondasi rumah yang sangat kuat

B.     Tujuan Penulisan
Tujuannya adalah membuat Laporan tentang Budaya Indonesia untuk memenuhi dan melengkapi tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Ilmu Budaya dasar dan agar menambah wawasan tentang Budaya dan adat yang ada di Indonesia dan dapat melestarikan Budaya Indonesia karena kalau bukan pemuda siapa lagi yang akan meneruskannya.
C.    Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah agar kita dapat mengenal atau mengetahui Budaya-budaya Indoneia lebih dalam, dan menambah wawasan kita sebagai Pelajar/Mahasiswa agar kelak menjadi warga Indonesia yang baik.



BAB II
RUMAH BETANG KALIMANTAN TENGAH


Rumah Betang yaitu Rumah adat suku Dayak (Ngaju) dari Kalimantan Tengah. Rumah Betang sendiri mempunyai ciri-ciri seperti Rumah Panggung dan memanjang, panjangnya Rumah Betang bisa mencapai kisaran 30 – 150 meter dan lebarnya kisaran 10 – 30 meter dan diperkuat oleh tiang yang kokoh yang tingginya 3 – 5 meter. Pada setiap Rumah Betang bisa dihuni 100 – 150 orang yang dipimpin oleh Pambakas Lewu. Meskipun rumah panjang dan panggung, Rumah Betang juga memiliki ruangan-ruangan seperti rumah biasanya. Rumah Betang mempunyai tangga dan pintu masuk untuk masuk ke dalam Rumah Betang, Tangga rumah dikenal suku Dayak sebagai Hejot. Rumah Betang yang dibangun tinggi tersebut ternyata memiliki fungsi sebagai menghindari musuh yang datang sewaktu-waktu, melindungi dari serangan biantang buas, dan pula menghindari banjir dari laut. Hampir semua Rumah Betang terletak  di pinggiran sungai-sungai besar yang ada diKalimantan.


Gambar 2.1 Rumah Betang Kalimantan Tengah
Rumah Betang juga memiliki kecirian khusus pada setiap pembuatannya. Pembuatan Rumah panjang bagian hulunya harus searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya tersebut harus kearah matahari terbenam. Adat Dayak membuat bangunan seperti itu adalah sebagai simbol kehidupan adat mereka sebagai simbol kerja keras suku Dayak untuk tetap bisa bertahan hidup dari mulai matahari terbit sampai pulang saat matahari terbenam.
Rumah Betang yang asli sudah tidak ada lagi di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Karena sudah dibangun ulang oleh Suku Dayak di Kabupaten Kapuas itu sendiri. Beda seperti di Desa Tumbang Bukoi, Kecamatan Mandau Talawang dan Desa Sei Pasah, Kecamatan Kapuas Hilir, di Desa tersebut Rumah Betang dibangun kembali. Bangunan Rumah Betang yang dibangun oleh desa-desa tersebut tidak jauh berbeda dengan bangunan-bangunan Rumah Betang yang asli yang telah runtuh karena usianya yang lama dan pula dindingnya terbuat dari kulit kayu. Tetapi dalam runtuhnya Rumah Betang tersebut tetap menyisakan tiang-tiang yg berdiri kokoh. Ada Rumah Betang yang asli dan berusia sangat tua yang dibangun pada Tahun 1870 dan terletak di Desa Buntoi, Kabupaten Pulang Pisau, Kecamatan Kahayan Hilir, Kalimantan Tengah. Rumah ini sengaja dirawat agar menjadi daya tarik tersendiri jika ada Wisatawan yang berkunjung ke Kalimantan Tengah apalagi rrumah ini menghadap Sungai Kahayan dan memiliki Pelabuhan.
Di bagian depan halaman setiap Rumah Betang biasanya terdapat balai, dimana untuk menerima tamu-tamu atau sebagai tempat pertemuan adat, dan dihalaman depan juga terdapat Sapundu. Sapandu adalah patung yang berbentuk manusia yang mepunyai ukiran-ukiran khas, fungsi dari Sapundu adalah tempat untuk mengikat bintang-binatang qurban untuk proses upacara adat suku Dayak. Dan pula kadang terdapat Patahu yang sebagai Rumah Pemujaan dihalaman depan Rumah Betang.
Di bagian belakang setiap Rumah Betang biasanya terdapat balai kecil yang dinamakan Tukau, Tukau sendiri adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan alat-alat pertanian, seperti Lisung atau Halu. Bukan hanya gudang alat-alat pertanian. Tetapi juga ada tempat untuk menyimpan senjata-senjata yang disebut Bawong. Biasanya dihalaman depan atau halaman belakang Rumah Betang suka terdapat Sandung. Sandung itu adalah tempat penyimpanan tulang-tulang mayat keluarga yang telah melewati proses upacara adat Tilawah.
Seperti yang telah dikatakan diatas Rumah Betang bukan seperti rumah mewah dan modren yang dihias dengan perabotan canggih dan berkilau-kilau seperti yang diharapkan di zaman sekarang. Rumah Betang menjadi tempat tinggal yang sederhana dan apa adanya. Dibalik keserdehanaan yang dimiliki oleh Rumah Betang ternyata mempunyai banyak makna yang tersirat didalamnya akan nilai-nilai kehidupan yang unggul. Rumah adalah simbol yang kokoh dari kehidupan komunal masyarakat Dayak. Masyarakat Dayak menunjukan bahwa mereka mempunyai naluri untuk hidup bersama dan berdekatan dengan masyarakat lainnya itu dengan mendiami Rumah Betang  dan menjalani semua proses-proses kehidupan ditempat mereka. Mereka sangat menyukai kedamaian dalam lingkupnya dan mereka akan berusaha untuk tetap mempertahankan tradisi Rumah Betang. Kesadaran yang ada dalam hati masyarakat suku Dayak dilandasi oleh alam pikiran Religio-magis, yang menganggap bahwa setiap warga negara mempunyai nilai dan kedudukan yang sama dalam lingkungannya. Masyarakat Dayak tidak pernah menolak perubahan yang menguntungkan mereka baik dari dalam atau luar seperti kebutuhan rohani dan jasmani mereka.
Dipermukiman Rumah Betang sangat dekat dengan sumber-sumber makanan seperti lahan yang dipergunakan untuk berladang, sungai yang masih banyak ikan-ikan yang segar, dan hutan yang masih banyak binatang-binatang buruan yang dapat dimakan. Kerana telah lama masyarakat ketergantungan pada alam, akhirnya hasilnya mulai berkurang dan akhirnya masyarakat memutar fikiran untuk berkebun dan berternak untuk kelangsungan hidupnya.
Selain tempat berhuni dari panas dan hujan, Rumah Betang juga sebagai tempat kegiatan tradisional warga setempat. Kegiatan yang berlangsung dirumah Betang mirip dengan proses pendidikan tradisional yang sifatnya non formal. Didalam kehidupan masyarakan suku Dayak terdapat perbedaan seni tradisional. Bagi kaum Laki-laki terampil dalam ngamboh (pandai besi), menganyam dan mengukir, dan wanita lebih terampil menganyam dan menenun. Warga suku Dayak ini juga berusaha untuk menambah wawasan mereka agar dapat berguna kelak, jika mereka tidak memiliki wawasan dan keterampilan mereka akan dianggap pemalas oleh warga Rumah Betang setempat.


Gambar 2.2 Rumah Betang yang terpampang megah dan luas

Meskipun Rumah Betang biasa-biasa saja tetapi rumah tersebut mempunyai nilai tinggi bagi masyarakat suku Dayak, dan rumah Betang ini juga mempunyai 3 aspek kehidupan, seperti:
-          Aspek penghunian : Rumah Betang merupakan rumah yang mempunyai multi keluarga sebagai tempat tinggal utama yang berada disamping rumah pondok diladang
-          Aspek hukum dan hak milik : Rumah Betang juga mempunyai hak kepemilikan tempat tinggal yang legal. Hak kepemilikan dipegang oleh semua keluarga yang tinggal bersama-sama dirumah betang dan menguasai semua tanah wilayahnya. tetapi hak wilayah rumah tersebut adalah hak sekunder dan hak primer yang diterapkan dirumah tersebut dipegang oleh kelompok keluarga kecil yang memiliki ikatan persaudaraan. Sering sekali terdapat pertengkaran didalam rumah betang tersebut antar sesama keluarga yang ada didalam rumah tersebut, dan yang bisa meredam pertengkaran tersebut hanya tetua adat internal. Wewenang seorang atau keluarga itu relatif kecil,yang sangat amat penting adalah wewenang rumah betang secara menyeluruh. Semua hal itu disebabkan oleh egalitarisme yang kuat dimasyarakat Dayak.
-          Aspek ekonomi : keluarga yang tinggal dirumah betang berperan peting dalam bantuan tenaga kerja dan hasil kerja antar keluarga. Hal tersebut adalah sistem berladang yang mereka terapkan.
Dalam meletakkan barang-barang didalam ruangan ada ketentuannya menurut kepercayaan suku Dayak pada rumah betang yang dihuni, diantaranya :
-          Pusat bangunan adalah dimana tempat berkumpulnya semua anggota keluarga, dan tempat tersebut dilakukan untuk melakukan kegiatan kerohanian, sosial masyarakat dan lainnya. Maka ruangan tersebut harus berada ditengah bangunan.
-          Ruang tidur, ruang tidur di rumah betang posisinya harus berjajar sepanjang rumah betang, bukan hanya itu, ruang tidur anak dan ruang tidur orang dewasa juga memilki ketentuan yang dimana orang dewasa harus berada di paling ujung dari aliran sungai, berbeda dengan anak bungsu. Anak bungsu harus berada paling ujung hilir aliran sungai. Jadi ketentuannya ruang tidur anak dan orang dewasa tidak boleh diapit, jika ketentuan itu dilanggar maka seisi rumah akan mendapatkan petaka menurut kepercayaan mereka.
-          Ruang dapur, masyarakat rumah betang percaya jika dapur diletakan menghadap ke aliran sungai maka akan mendapat rezeki, maka dari itu ruang dapur tiap ruamh betang selalu menghadap aliran sungai.
-          Tangga, tangga yang terdapat dirumah betang harus berjumlah ganjil, dan kebanyakan terdapat 3 tangga yaitu ada di ujung kiri, ujung kanan, dan didepan sebagai tanda solidaritas menurut mitos dan jika semakin besar rumah berarti semakin banyak tangga yang harus dibuat tetapi harus ganjil.
-          Pante, pante dikenal suku Dayak sebagai lantai tempat menjemur padi, pakaian untuk mengadakan upacara adat. Dan pante harus berposisi didepan bagian luar atap yang menjorok keluar. Lantai pante adalah terbuat dari bambu, belahan batang pohon pinang, kayu bulatan sebesar pergelangan  tangan atau dari batang papan.
-          Serambi, serambi yaitu pintu masuk rumah yang telah melewati pante yang jumlahnya sesuai dengan berapa kepala keluarga dirumah betang. Jika ada upacara adat kampung pasti akan dipasang tanda khusus seperti satu batang bambu yang kulitnya diserut halus seperti jumbai-jumbai ruas dan dipasang didepan serambi.
-          Sami, sami adalah tempat ruang tamu yang berguna sebagai tempat mengadakan kegiatan warga-warga setempat
-          Jungkar, jungkar  ini adalah ruangan tambahan dibagian belakang bilik keluarga

·        Kearifan Lokal dalam bangunan Rumah Betang
kearifan lokal dalam  membangun keharmonisan keluarga dan masyarakat. Rumah Berang dihuni oleh sejumlah keluarga besar. Setiap keluarga mempunyai tugas untuk mengurus keamanan bersama dan ada pembagian tugas. Setiap individu dalam rumah tangga dan masyarakat diatur secara sistematis melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Rumah Betang bukan hanya tempat perlindungan, tetapi tempat terciptanya keharmonisan, kedekatan, dan kebersamaan yang berkelanjutan di antara sesama penghuninya.




BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa lebih dari bangunan untuk tempat tinggal suku Dayak, sebenarnya rumah Betang adalah jantung dari kehidupan masyarakat suku Dayak. Budaya dari rumah Betang dalam kehidupan adalah cerminan kebebrsamaan dalan kehidupan sehari-hari masyarakat suku Dayak.
Setiap posisi perabotan dan posisi ruangan yang ada dirumah Betang bagi Suku Dayak menjadi kepercayaan tersendiri dan sudah turun temurun hal itu terjadi maka dari itu suku Dayak sangat memperhatikan letak letak perabotan atau posisi ruangannya agar musibah tak menimpanya kelak nanti
            Penghuni rumah Betang mempunyai kesolidaritas yang tinggi bahkan saat salah satu anggoyta keluarganya memiliki masalah dengan anggota keluarga yang lain akan mdiselesaikan dengan cepat agar tak berlarut-larut karena akan makin parah jika hal tersebut di diamkan saja
Kini hunian suku Dayak atau rumah betang semakin lama akan semakin punah karena faktor globalisasi dan akan menghilng dari Kalimantan. Kalau itu masih ada belum tentu penghuninya menganggap rumah betang sebagai rumah utama yang diantaranya diesebabkan oleh tanahnya telah dijual sebagai perindustrian pariwisata, dan hasilnya pun yang diterima oleh suku dayak hanya sedikit.
           















DAFTAR PUSTAKA
Http;//id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_Betang