Jumat, 20 November 2015
Kamis, 15 Oktober 2015
LATIHAN MATEMATIKA INFORMATIKA 3.
Lanjutan Jawaban latihan kemarin untuk No. 2B, 3, 4.
Nama : Mohammad Rafi Kautsar
Kelas : 2IA03
NPM : 56414805
Rabu, 17 Juni 2015
SUKU ADAT KALIMANTAN BARAT - SUKU DAYAK LIMBAI
ILMU
BUDAYA DASAR
SUKU
ADAT KALIMANTAN BARAT
“SUKU DAYAK LIMBAI”
DISUSUN
OLEH:
NAMA : MOHAMMAD RAFI KAUTSAR
NPM : 56414805
KELAS : 1IA02
DOSEN : SRI WULANDARI
PROGRAM
STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia
adalah salah satu negara multikultural terbesar didunia. Hal hal ini dapat kita
lihat dari kondisi-kondisi sosio kultural, agama ataupun geografis yang sangat
bermacam-macam dan sangat luas. Sekarang pulau-pulau yang ada di Indonesia
berjumlah 13.000 mau itu pulau besar atau pulau kecil. Dan memiliki populasi
penduduk sebanyak lebih dari 200 juta jiwa, yang terdiri dari 300 suku yang
memiliki 200 bahasa yang berbeda. Dan mereka pun mempunyai agama yang beragam
diantaranya Islam, Kristen protestan, Katolik, Konghucu, Hindu, Budha dan lain
lainnya.
Kebudayaan
adalah aset penting bagi Negara berkembang , kebudayaan tersebut berfungsi
sebagai sarana pendekatan sosial, simbol karya daerah, aset khas daerah dengan
menjadikannya tempat wisata, karya illmiah dan lain-lain.
Pada
kesempatan kali ini saya akan membahas tentang suku Dayak Limbai yang bertempat
di Kayan Hulu dan Serawai di kabupaten Melawi provinsi Kalimantan Barat. Suku
Dayak Limbai ini bisa dikelompokan kedalam rumpun Ot danum. Penduduk suku dayak
limbai di kecamatan serawai berkisar 1.047 penduduk dari keseluruhan penutur
bahasa limbai. Penduduk Limbai tinggal jauh ke arah daratan yaitu dengan tujuan
agar terhindar dari para pengayau pada masa-masa perang “kayau” diwaktu itu.
Dulu mereka selalu berpergian melalui sungai dengan bertinggal di tengah
daratan, karena itu mereka sangat susah di temukan oleh musuh-musuhnya
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk :
-
mengetahui
lokasi, lingkungan alam dan demografi suku Dayak limbai
-
mengetahui
asal mula dan sejarah suku Dayak limbai
-
mengetahui
bahasa masyarakat suku Dayak limbai
-
mengetahui
sistem religi masyarakat suku Dayak limbai
-
mengetahui
tradisi suku dari masyarakat suku Dayak limbai
C.
Manfaat
Penulisan
Manfaat
dari penulisan laporan ini adalah agar kita dapat mengenal atau mengetahui
Budaya-budaya dan suku-suku di Indonesia lebih dalam, dan menambah wawasan kita
sebagai Pelajar/Mahasiswa agar kelak menjadi warga Indonesia yang lebih baik.
BAB II
SUKU DAYAK LIMBAI KALIMANTAN BARAT
·
Asal usul suku
dayak limbai
Suku dayak limbai merupakan satu
diantara suku-suku yang ada di Kabupaten Melawi. Asal usul dari suku dayak
limbai sendiri masih belum diketahui oleh banyak orang tetapi didapat informasi
bahwa yang menjadi temenggung pertama suku dayak limbai adalah Tumak Baya dari
kelopok dan bonau dari guhung berajang, dan yang menjadi pemimpin suku dayak
limbai atau bonuh limbai adalah Cai Elai dari kelait. Bahasa-bahasa yang
diucapkan oleh suku dayak limbai sendiri tak jauh berbeda dengan bahasa-bahasa
lainnya di Melawi, seperti bahasa Kubitn dan kenyilu. Salah satu contoh yang
paling menonjol yaitu adalah kata Abon untuk mengatakan ‘tidak ada’. Penutur
bahasa limbai diperkirakan berjumlah 11,773 jiwa yang terdiri dari penduduk
kecamatan Menukung yang berjumlah 1.047 jiwa dan dikecamatan Kayan Hulu yang
berjumlah 2.600 jiwa
Berikut
ini adalah wilayah permukiman tempat tinggal orang limbai mengikuti beberapa
jalur sungai yaitu dijalur sungai Keruap, mereka menempati Kampung Labang
Manyam, Tanjung Tapang, yang berada di kampung Bondau, Lihai, Landau Leban II,
Nanga Amuh, Kenolin, dan Lekung Sansang. Yang berada di jalur mudik Ella
hulu berada di Kampung Landau Mumbung,
Nanga Paat, Nanga Siyai, Sungkup, dan Belaban Ella. Dijalur sungai Mentatai
mereka bertinggal di kampung tengkawang Rambai, Batu Onap, Pintas Kementar,
Beloyang, Sekujang, Nanga dawai,, dan Nanga Mengkilau. Masyarakat limbai
sengaja tinggal jauh kearah daratan tujuannya adalah agar untuk menghindari
para penguyau. Pada zaman peran seperi dulu, masyakarat lebih milih berpergian
dengan melalui sungai dan tinggal ditengah daratan agar para pengayau sulit
untuk menemukan penduduk suku limbai.
·
Filosofi
Kehidupan Suku Dayak Limbai
Pada
dasarnya warga masyarakat suku dayak limbai bertahan hidup dan mencari rezeki dengan
mata pencarian utamanya yaitu berladang disawah perbukitan, menyadap dan
mengambil semua cairan-cairan dari pohon karet lalu diolah. Meskipun dibilang
mata percarian utama masyarakat suku dayak limbai, tetapi mereka juga punya
punya mata pencarian tambahan agar kebutuhan masyarakat limbai bisa teratasi
dengan berkebun sayur mayur, memelihara hewan ternak, mencari kayu-kayu dihutan
untuk bahan-bahan bangunan untuk dijual maupun dipakai sendiri, dan masyarkat
suku limbai juga berburu binatang dihutan dan menangkap ikan dilaut. Dan jangan
salah bahwa masyarakat suku limbai juga tidak sedikit yang menjadi Pegawai
Negeri, Karyawan swasta dan menjadi pedagang dipasar-pasar
·
Tradisi Suku
Dayak Limbai
Tradisi yang ada di suku dayak
limbai yaitu Tradisi Lisan. Tradisi lisan yaitu cerita daerah dan pengobatan
dari suku dayak limbai. Dalam cerita-cerita daerah tersebut dikaitkan dengan
cerita-cerita kepahlawanan, dan dalam saat pengobatan cerita-ceritanya tersebut
dilagukan, dan lagu tersebut dinamakan dengan belian.
Tradisi pengobatan lisan ini dapat
dilakukan hampir satu malam pelaksanaannya dan setelah itu barulah mulai untuk
menyembuhkan penyakit yang akan disembuhkan. Rata-rata yang dapat melakukan
proses ritual pengobatan ini adalah laki-laki. Berbeda dengan masyarakat suku
Uud Danum yang dimana rata-rata yang bisa melakukan proses ritual pengobatan
ini adalah wanita, yang disebut dengan jaja
·
Nilai-nilai yang
dapat diambil dari suku dayak Limbai
Meskipun suku dayak limbai
tinggal jauh ke arah daratan tetapi mereka tetap bersemangat dalam mencari
rezeki dan tetap dapat bertahan hidup sampai sekarang dengan perkerjaan yang
halal, dan bahkan warga suku dayak limbai juga dapat menjadi Pegawai Negeri
atau Swasta yang dimana berarti suku dayak limbai mempunyai semangat juang yang
tinggi. Jadi jika warga suku dayak limbai tetap semangat dalam hidupnya
meskipun permukimannya jauh dari daratan, berarti kita harus lebih bersemangat
lagi karena kita hidup diperkotaan yang dimana semua fasilitas sudah tersedia.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat suku dayak limbai tergolong
cukup banyak sampai mencapai sekitar 11,773 jiwa yang terdapat dibeberapa
kecamatan atau kabupaten setempat yang ditemanggungkan pertama kali oleh Tumak
Baya dari Kelopok dan Bonang dan yang menjadi pemimpin suku limbai adalah Cah
Elai dari kelait.
Masyarakat
limbai sengaja tinggal jauh kearah daratan tujuannya adalah agar untuk
menghindari para penguyau karena pada zaman dahulu masyarakat limbai berpergian
dengan melewati sungai agar para penguyau tidak dapat menemukan.
Suku
dayak limbai hingga saat ini tetap bertahan hidup dengan kerja keras yaitu
dengan kerja berladang, , menyadap cairan-cairan dari pohon karet dan tidak
sedikit juga yang menjadi Pegawai Negeri dan Pegawai Swasta
Suku
dayak limbai juga mempunyai tradisi,yaitu tradisi lisan yang digunakan untuk
cerita daerah suku dayak limbai dan pula untuk pengobatan dan banyak dilakukan
oleh para kaum laki-lakinya saja.
DAFTAR PUSTAKA
http://dayakofborneo.blogspot.com/2013/07/suku-dayak-limbai.html?m=1dsw
Rumah Betang Kalimantan Tengah
ILMU
BUDAYA DASAR
RUMAH ADAT KALIMANTAN TENGAH
“RUMAH BETANG KALIMANTAN TENGAH”
DISUSUN
OLEH:
NAMA : MOHAMMAD RAFI KAUTSAR
NPM : 56414805
KELAS : 1IA02
DOSEN : SRI WULANDARI
PROGRAM
STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2015/2016
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang
terkenal dengan keunikannya, terdiri dari berbagai suku bangsa yang mendiami
belasan ribu pulau. Masing masing suku bangsa memiliki keanekaragaman
tersendiri. Disetiap seni dan budaya memiliki nilai nilai sosial yang tinggi.
Pada zaman ini zaman Modren seni dan budaya mulai ditinggalkan dan beralih ke
populasi Modren.
Sebagian
masyarakat malu untuk mengakui seni dan budaya mereka karena takut dibilang
orang dulu. Hal ini mengakibatkan hilangkanya keanekaragaman seni budaya
Indonesia secara perlahan yang tidak terlepas dari pengaruh budaya luardan
karakter masyarakat Indonesia yang suka meniru
Dan
pada umumnya sebagian Mahasiswa/i masih belum mengetahui tentang Rumah-rumah
adat yang sudah ada di Indonesia yang sudah lama ada, dan dengan diadakan
pembuatan makalah ini Mahasiswa agar bisa mengetahui Rumah-rumah adat yang ada
di Indonesia dan mengamati bagaimana kehidupan dan suku yang ada di Provinsi
tersebut. Dengan mengamati perihal tersebut maka perlu melakukan pengamatan
untuk mengetahuinya tentang Rumah adat yang ada di Indonesia.
Sekarang
kita akan membahas Rumah Betang dari Kalimantan Tengah yang ditempati oleh
sebagian besar adalah suku Dayak yang berciri rumah panggung dan memanjang yang
terletak di pinggiran sungai-sungai besar maka dari itu rumah betang seperti
rumah panggung karena jika banjir tiba maka rumah betang tidak akan tenggelam
dan tak akan runtuh juga karena dikokohkan oleh pondasi rumah yang sangat kuat
B.
Tujuan Penulisan
Tujuannya
adalah membuat Laporan tentang Budaya Indonesia untuk memenuhi dan melengkapi
tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Ilmu Budaya dasar dan agar menambah
wawasan tentang Budaya dan adat yang ada di Indonesia dan dapat melestarikan
Budaya Indonesia karena kalau bukan pemuda siapa lagi yang akan meneruskannya.
C.
Manfaat Penulisan
Manfaat
dari penulisan laporan ini adalah agar kita dapat mengenal atau mengetahui
Budaya-budaya Indoneia lebih dalam, dan menambah wawasan kita sebagai
Pelajar/Mahasiswa agar kelak menjadi warga Indonesia yang baik.
BAB II
RUMAH BETANG
KALIMANTAN TENGAH
Rumah Betang yaitu Rumah adat suku Dayak (Ngaju) dari Kalimantan Tengah. Rumah Betang sendiri mempunyai ciri-ciri seperti Rumah Panggung dan memanjang, panjangnya Rumah Betang bisa mencapai kisaran 30 – 150 meter dan lebarnya kisaran 10 – 30 meter dan diperkuat oleh tiang yang kokoh yang tingginya 3 – 5 meter. Pada setiap Rumah Betang bisa dihuni 100 – 150 orang yang dipimpin oleh Pambakas Lewu. Meskipun rumah panjang dan panggung, Rumah Betang juga memiliki ruangan-ruangan seperti rumah biasanya. Rumah Betang mempunyai tangga dan pintu masuk untuk masuk ke dalam Rumah Betang, Tangga rumah dikenal suku Dayak sebagai Hejot. Rumah Betang yang dibangun tinggi tersebut ternyata memiliki fungsi sebagai menghindari musuh yang datang sewaktu-waktu, melindungi dari serangan biantang buas, dan pula menghindari banjir dari laut. Hampir semua Rumah Betang terletak di pinggiran sungai-sungai besar yang ada diKalimantan.
Gambar 2.1 Rumah
Betang Kalimantan Tengah
|
Rumah Betang juga memiliki
kecirian khusus pada setiap pembuatannya. Pembuatan Rumah panjang bagian
hulunya harus searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya tersebut harus
kearah matahari terbenam. Adat Dayak membuat bangunan seperti itu adalah
sebagai simbol kehidupan adat mereka sebagai simbol kerja keras suku Dayak
untuk tetap bisa bertahan hidup dari mulai matahari terbit sampai pulang saat
matahari terbenam.
Rumah Betang yang asli sudah
tidak ada lagi di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Karena sudah dibangun
ulang oleh Suku Dayak di Kabupaten Kapuas itu sendiri. Beda seperti di Desa
Tumbang Bukoi, Kecamatan Mandau Talawang dan Desa Sei Pasah, Kecamatan Kapuas
Hilir, di Desa tersebut Rumah Betang dibangun kembali. Bangunan Rumah Betang
yang dibangun oleh desa-desa tersebut tidak jauh berbeda dengan
bangunan-bangunan Rumah Betang yang asli yang telah runtuh karena usianya yang
lama dan pula dindingnya terbuat dari kulit kayu. Tetapi dalam runtuhnya Rumah
Betang tersebut tetap menyisakan tiang-tiang yg berdiri kokoh. Ada Rumah Betang
yang asli dan berusia sangat tua yang dibangun pada Tahun 1870 dan terletak di
Desa Buntoi, Kabupaten Pulang Pisau, Kecamatan Kahayan Hilir, Kalimantan
Tengah. Rumah ini sengaja dirawat agar menjadi daya tarik tersendiri jika ada
Wisatawan yang berkunjung ke Kalimantan Tengah apalagi rrumah ini menghadap Sungai
Kahayan dan memiliki Pelabuhan.
Di bagian depan halaman setiap
Rumah Betang biasanya terdapat balai, dimana untuk menerima tamu-tamu atau
sebagai tempat pertemuan adat, dan dihalaman depan juga terdapat Sapundu.
Sapandu adalah patung yang berbentuk manusia yang mepunyai ukiran-ukiran khas,
fungsi dari Sapundu adalah tempat untuk mengikat bintang-binatang qurban untuk
proses upacara adat suku Dayak. Dan pula kadang terdapat Patahu yang sebagai
Rumah Pemujaan dihalaman depan Rumah Betang.
Di bagian belakang setiap Rumah
Betang biasanya terdapat balai kecil yang dinamakan Tukau, Tukau sendiri adalah
gudang yang berfungsi untuk menyimpan alat-alat pertanian, seperti Lisung atau
Halu. Bukan hanya gudang alat-alat pertanian. Tetapi juga ada tempat untuk menyimpan
senjata-senjata yang disebut Bawong. Biasanya dihalaman depan atau halaman
belakang Rumah Betang suka terdapat Sandung. Sandung itu adalah tempat
penyimpanan tulang-tulang mayat keluarga yang telah melewati proses upacara
adat Tilawah.
Seperti yang telah dikatakan diatas
Rumah Betang bukan seperti rumah mewah dan modren yang dihias dengan perabotan
canggih dan berkilau-kilau seperti yang diharapkan di zaman sekarang. Rumah
Betang menjadi tempat tinggal yang sederhana dan apa adanya. Dibalik keserdehanaan
yang dimiliki oleh Rumah Betang ternyata mempunyai banyak makna yang tersirat
didalamnya akan nilai-nilai kehidupan yang unggul. Rumah adalah simbol yang
kokoh dari kehidupan komunal masyarakat Dayak. Masyarakat Dayak menunjukan
bahwa mereka mempunyai naluri untuk hidup bersama dan berdekatan dengan
masyarakat lainnya itu dengan mendiami Rumah Betang dan menjalani semua proses-proses kehidupan
ditempat mereka. Mereka sangat menyukai kedamaian dalam lingkupnya dan mereka
akan berusaha untuk tetap mempertahankan tradisi Rumah Betang. Kesadaran yang
ada dalam hati masyarakat suku Dayak dilandasi oleh alam pikiran Religio-magis,
yang menganggap bahwa setiap warga negara mempunyai nilai dan kedudukan yang
sama dalam lingkungannya. Masyarakat Dayak tidak pernah menolak perubahan yang
menguntungkan mereka baik dari dalam atau luar seperti kebutuhan rohani dan
jasmani mereka.
Dipermukiman Rumah Betang sangat
dekat dengan sumber-sumber makanan seperti lahan yang dipergunakan untuk
berladang, sungai yang masih banyak ikan-ikan yang segar, dan hutan yang masih
banyak binatang-binatang buruan yang dapat dimakan. Kerana telah lama
masyarakat ketergantungan pada alam, akhirnya hasilnya mulai berkurang dan
akhirnya masyarakat memutar fikiran untuk berkebun dan berternak untuk
kelangsungan hidupnya.
Selain tempat berhuni dari panas
dan hujan, Rumah Betang juga sebagai tempat kegiatan tradisional warga setempat.
Kegiatan yang berlangsung dirumah Betang mirip dengan proses pendidikan tradisional
yang sifatnya non formal. Didalam kehidupan masyarakan suku Dayak terdapat perbedaan
seni tradisional. Bagi kaum Laki-laki terampil dalam ngamboh (pandai besi),
menganyam dan mengukir, dan wanita lebih terampil menganyam dan menenun. Warga
suku Dayak ini juga berusaha untuk menambah wawasan mereka agar dapat berguna
kelak, jika mereka tidak memiliki wawasan dan keterampilan mereka akan dianggap
pemalas oleh warga Rumah Betang setempat.
Gambar 2.2 Rumah
Betang yang terpampang megah dan luas
|
Meskipun Rumah Betang biasa-biasa
saja tetapi rumah tersebut mempunyai nilai tinggi bagi masyarakat suku Dayak,
dan rumah Betang ini juga mempunyai 3 aspek kehidupan, seperti:
-
Aspek
penghunian :
Rumah Betang merupakan rumah yang mempunyai multi keluarga sebagai tempat
tinggal utama yang berada disamping rumah pondok diladang
-
Aspek
hukum dan hak milik
: Rumah Betang juga mempunyai hak kepemilikan tempat tinggal yang legal. Hak
kepemilikan dipegang oleh semua keluarga yang tinggal bersama-sama dirumah
betang dan menguasai semua tanah wilayahnya. tetapi hak wilayah rumah tersebut
adalah hak sekunder dan hak primer yang diterapkan dirumah tersebut dipegang
oleh kelompok keluarga kecil yang memiliki ikatan persaudaraan. Sering sekali
terdapat pertengkaran didalam rumah betang tersebut antar sesama keluarga yang
ada didalam rumah tersebut, dan yang bisa meredam pertengkaran tersebut hanya
tetua adat internal. Wewenang seorang atau keluarga itu relatif kecil,yang
sangat amat penting adalah wewenang rumah betang secara menyeluruh. Semua hal itu
disebabkan oleh egalitarisme yang kuat dimasyarakat Dayak.
-
Aspek
ekonomi :
keluarga yang tinggal dirumah betang berperan peting dalam bantuan tenaga kerja
dan hasil kerja antar keluarga. Hal tersebut adalah sistem berladang yang
mereka terapkan.
Dalam meletakkan barang-barang
didalam ruangan ada ketentuannya menurut kepercayaan suku Dayak pada rumah
betang yang dihuni, diantaranya :
-
Pusat
bangunan
adalah dimana tempat berkumpulnya semua anggota keluarga, dan tempat tersebut
dilakukan untuk melakukan kegiatan kerohanian, sosial masyarakat dan lainnya.
Maka ruangan tersebut harus berada ditengah bangunan.
-
Ruang
tidur, ruang
tidur di rumah betang posisinya harus berjajar sepanjang rumah betang, bukan
hanya itu, ruang tidur anak dan ruang tidur orang dewasa juga memilki ketentuan
yang dimana orang dewasa harus berada di paling ujung dari aliran sungai,
berbeda dengan anak bungsu. Anak bungsu harus berada paling ujung hilir aliran
sungai. Jadi ketentuannya ruang tidur anak dan orang dewasa tidak boleh diapit,
jika ketentuan itu dilanggar maka seisi rumah akan mendapatkan petaka menurut
kepercayaan mereka.
-
Ruang
dapur,
masyarakat rumah betang percaya jika dapur diletakan menghadap ke aliran sungai
maka akan mendapat rezeki, maka dari itu ruang dapur tiap ruamh betang selalu
menghadap aliran sungai.
-
Tangga, tangga yang terdapat dirumah
betang harus berjumlah ganjil, dan kebanyakan terdapat 3 tangga yaitu ada di
ujung kiri, ujung kanan, dan didepan sebagai tanda solidaritas menurut mitos
dan jika semakin besar rumah berarti semakin banyak tangga yang harus dibuat
tetapi harus ganjil.
-
Pante, pante dikenal suku Dayak
sebagai lantai tempat menjemur padi, pakaian untuk mengadakan upacara adat. Dan
pante harus berposisi didepan bagian luar atap yang menjorok keluar. Lantai
pante adalah terbuat dari bambu, belahan batang pohon pinang, kayu bulatan
sebesar pergelangan tangan atau dari
batang papan.
-
Serambi, serambi yaitu pintu masuk rumah
yang telah melewati pante yang jumlahnya sesuai dengan berapa kepala keluarga
dirumah betang. Jika ada upacara adat kampung pasti akan dipasang tanda khusus
seperti satu batang bambu yang kulitnya diserut halus seperti jumbai-jumbai
ruas dan dipasang didepan serambi.
-
Sami, sami adalah tempat ruang tamu
yang berguna sebagai tempat mengadakan kegiatan warga-warga setempat
-
Jungkar, jungkar ini adalah ruangan tambahan dibagian belakang
bilik keluarga
·
Kearifan Lokal dalam bangunan Rumah Betang
kearifan lokal dalam membangun keharmonisan keluarga dan
masyarakat. Rumah Berang dihuni oleh sejumlah keluarga besar. Setiap keluarga
mempunyai tugas untuk mengurus keamanan bersama dan ada pembagian tugas. Setiap
individu dalam rumah tangga dan masyarakat diatur secara sistematis melalui
kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Rumah Betang bukan hanya
tempat perlindungan, tetapi tempat terciptanya keharmonisan, kedekatan, dan kebersamaan
yang berkelanjutan di antara sesama penghuninya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa lebih dari bangunan untuk tempat tinggal suku Dayak,
sebenarnya rumah Betang adalah jantung dari kehidupan masyarakat suku Dayak.
Budaya dari rumah Betang dalam kehidupan adalah cerminan kebebrsamaan dalan
kehidupan sehari-hari masyarakat suku Dayak.
Setiap posisi perabotan dan
posisi ruangan yang ada dirumah Betang bagi Suku Dayak menjadi kepercayaan
tersendiri dan sudah turun temurun hal itu terjadi maka dari itu suku Dayak
sangat memperhatikan letak letak perabotan atau posisi ruangannya agar musibah
tak menimpanya kelak nanti
Penghuni rumah Betang mempunyai
kesolidaritas yang tinggi bahkan saat salah satu anggoyta keluarganya memiliki
masalah dengan anggota keluarga yang lain akan mdiselesaikan dengan cepat agar
tak berlarut-larut karena akan makin parah jika hal tersebut di diamkan saja
Kini hunian suku Dayak atau rumah
betang semakin lama akan semakin punah karena faktor globalisasi dan akan
menghilng dari Kalimantan. Kalau itu masih ada belum tentu penghuninya
menganggap rumah betang sebagai rumah utama yang diantaranya diesebabkan oleh
tanahnya telah dijual sebagai perindustrian pariwisata, dan hasilnya pun yang
diterima oleh suku dayak hanya sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Http;//id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_Betang